Remaja dan Pendidikan
 

Apa yang ada di pikiran Anda ketika dua kata: Remaja dan Pendidikan disandingkan? Saya yakin ada banyak persepsi dan pendapat Anda tentangnya.
Remaja kita seringkali mengeluhkan masalah sekolah, kursus, les dan PR mereka. Mengapa bisa demikian? Remaja sekarang cenderung lebih kritis terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar mereka, salah satunya adalah sekolah yang berkaitan langsung dengan pendidikan mereka.
Mayoritas remaja biasa dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan sekolah, tetapi sebagian lainnya mengalami kesulitan. Di sekolah mereka umumnya menaruh minat pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu yang akan bermanfaat dalam karier dan pekerjaan yang akan mereka pilih. Kelompok remaja ini tentu tidak akan bermasalah dalam hal pendidikan (sekolah)-nya. Nah, lain halnya dengan remaja yang masih mengalami kebingungan dalam menentukan pekerjaan di masa depannya. Beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki visi apapun terhadap kehidupan dan pekerjaan mereka di masa yang akan datang. Remaja-remaja dari kelompok ini akan bersikap cuek terhadap sekolah dan pendidikannya.
Keterlibatan orang tua dan guru dalam pembentukan visi kehidupan dan pekerjaan mereka di masa depan sangat penting. Beberapa remaja membutuhkan bantuan orang-orang yang mereka anggap lebih dewasa untuk membantu memperjelas visi mereka tentang pekerjaan dalam kaitannya dengan pendidikan dan sekolah. Hal ini harus dimaklumi karena mereka masih berada dalam masa pencarian identitas diri.
Guru-guru pembimbing sebaiknya segera mengenali minat dan kebutuhan anak akan pengembangan diri mereka pada suatu bidang tertentu yang potensial. Orang tua seharusnya memberikan dukungan penuh disertai nasihat-nasihat yang dibutuhkan remaja tanpa memaksakan kehendak. Pemaksaan kehendak orang tua, misalnya dalam memilih sekolah jurusan/bidang pendidikan tanpa alasan yang logis akan membuat remaja justru membenci sekolah dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena remaja akan mengalami disorientasi terhadap masa depannya. Remaja yang demikian biasanya mempunyai ciri: prestasi turun dengan drastis, suka membolos, dan mungkin ingin berhenti tanpa memperoleh ijazah.

Remaja dan Pendidikan Karakter 1.Remaja adalah masa transisi dari masa anak anak ke masa awal dewasa.Usia remaja berada pada kisaran usia 10 tahun sampai

dengan 21 tahun.Pada masa itu remaja sedang mencari identitas dirinya.Oleh karena itu,remaja harus mendapat pendidikan karakter agar dapat mengarahkan minatnya pada kegiatan kegiatan positif.Pendidikan karakter yang dapat diberikan pada remaja,antara lain,berperilaku jujur,kreatif,percaya diri,santun dan peduli. 2.Remaja mengalami gejolak emosi karena perubahan berat dan tinggi badan yang berpengaruh juga pada perkembangan psikisnya.Pada masa gejolak itu merupakan masa sulit sehingga remaja memerlukan pengendalian diri yang kuat ketika berada di sekolah,di rumah dan di lingkungan masyarakat.Dalam keadaan seperti ini,remaja membutuhkan orang dewasa untuk mengarahkan dirinya.Untuk itu,agar tidak terjerumus pada hal hal ne harus negatif,remaja harus mempunyai pendidikan karakter. 3.Pendidikan karakter ini dapat membentuk remaja menjadi berprestasi.Di dalam pendidikan karakter mereka diajari nilai religius yang menguraikan kebaikan agar remaja tumbuh menjadi manusia yang peka pada lingkungan sosial.Disamping itu,mereka juga diajari nilai toleransi dan nilai cinta damai atau nilai nilai kemanusiaan yang mempunyai sifat pengasih,berbudi pekerti dan cinta damai.Dalam pendidikan karakter itu mereka diajari juga nilai suka bekerja keras,kreatif,mandiri dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang dapat menjadikan remaja sebagai orang yang berprestasi. 4.Dengan demikian,nilai nilai positif dalam pendidikan karakter itu dapat membentuk remaja yang unggul.Merekan akan bisa bersaing baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional.Dengan bagitu,remaja yang memiliki karakter kuat akan tumbuh sebagai remaja yang unggul dan dibanggakan karena sehat secara fisik,stabil dalam emosi,dan intelektualnya berkembang biak. * CARILAH KATA BENDA,KATA KERJA,KATA SIFAT DAN KATA KETERANGAN DALAM TEKS "REMAJA dan PENDIDIKAN KARAKTER" DIATAS

Belajar, Tujuan Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Pengertian Belajar


Banyak  definisi  para  ahli  tentang  belajar,  diantaranya  adalah  sebagai berikut: (Pupuh dan Sobri, 2009:6 )
1.Menurut Skinner
Mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara progresif.
2.Menurut Hilgard & Bower
Dalam  bukunya  Theories  of  Learning  mengemukakan  bahwa  belajar berhubungan  dengan  perubahan  tingkah  laku  seseorang  terhadap  suatu situasi  tertentu  yang  disebabkan  oleh  pengalamannya  yang  berulang-ulang dalam  situasi  itu,  dimana  pembawaan,  kematangan  atau  keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).
3.M. Sobry Sutikno
Dalam  bukunya  Menuju  Pendidikan  Bermutu,  mengartikan  belajar  adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan  yang  baru  sebagai  hasil  pengalamannya  sendiri  dalam  interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang dilakukan secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4.C. T. Morgan
Dalam  introduction  to  psykology  merumuskan  belajar  sebagai  suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
5.Thursan Hakim
Dalam  bukunya  Belajar  Secara  Efektif,  mengartikan  belajar  adalah  suatu proses  perubahan  di  dalam  kepribadian  manusia,  dan  perubahan  tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya  adalah  “perubahan”  yang  terjadi  di  dalam  diri  seseorang  setelah melakukan  aktivitas  tertentu.  Walaupun  pada  kenyataanya  tidak  semua perubahan  termasuk  kategori  belajar.  Misalnya,  perubahan  fisik,  mabuk,  gila dan sebagainya.
Dalam  belajar  yang  terpenting  adalah  proses  bukan  hasil  yang diperolehnya.  Artinya,  belajar  harus  diperoleh  dengan  usaha  sendiri,  adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Ketika seorang anak mendapatkan hasil tes yang bagus tidak bisa dikatakan sebagai belajar apabila hasil tesnya itu didapatkan dengan cara yang tidak benar, misalnya hasil mencontek.
Tujuan Belajar
Diantara beberapa tujuan belajar adalah sebagai berikut: (Sadirman, 2008:28)
1.Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan  kemampuan  berfikir  sebagai  yang  tidak  bisa  dipisahkan.  Dengan  kata lain  tidak  dapat  mengembangkan  kemampuan  berfikir  tanpa  bahan pengetahuan,  sebaliknya  kemampuan  berfikir  akan  memperkaya pengetahuan.  Tujuan  ialah  yang  memiliki  kecenderungan  lebih  besar perkembanganya  di  dalam  kegiatan  belajar.  Dalam  hal  ini  peran  guru sebagai pengajar lebih menonjol.
2.Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman  konsep  atau  merumuskan  konsep,  juga  memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
3.Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru  harus  lebih  bijak  dan  hati-hati  dalam  pendekatanya. Untuk  ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  belajar  anak  dapat  dibagi  menjadi dua yaitu : (Slamet, 1996:34)
1.  Faktor yang berasal dari diri anak
a.Faktor fisiologi yaitu faktor yang meliputi jasmani anak. Apakah anak sehat, tidak sehat (sakit)?
b.Faktor psychology yaitu faktor yang  meliputi rohani yang mendorong aktivitas  belajar  anak.  Hal  ini  berpengaruh   pada  :  taraf   intelegensi, motivasi belajar, sosial ekonomi, sosial budaya dan lain-lain.
2.  Faktor yang berasal dari luar diri anak
a.Faktor non sosial yang meliputi keadaan udara; waktu (pagi; siang dan sore), tempat dan alat-alat yang dipakai dalam pembelajaran.
b.Faktor sosial yang meliputi pendidik, metode pengajaran.
Reference
1.Fathurrohman, Pupuh dan Sobry  Sutikno. 2009. Strategi  Belajar  Mengajar Bandung:  PT  Rafika Aditama.
2.Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
3.Slamet. 1996. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Motivasi Belajar

Pengertian Motivasi Belajar

 




Motivasi Belajar 

Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.


Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Pengertian Motivasi Belajar Anak

Pengertian belajar menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3). Sedangkan menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Gaya Belajar

Macam-Macam Gaya Belajar

Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara yang kita inginkan karena masing masing anak memiliki tipe atau gaya belajar sendiri-sendiri. Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari gaya belajarnya.
Banyak anak menurun prestasi belajarnya disekolah karena dirumah anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan cara belajar mereka masing-masing.


Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality).

Pengertian Gaya Belajar dan Macam-macam Gaya Belajar

 1.   VISUAL (Visual Learners)

Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
  1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
  2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
  3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
  4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
  5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
  6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
  7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
 2.     AUDITORI (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :
  1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
  2. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
  3. Cenderung banyak omong
  4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
  5. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
  6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
  7. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
 3.  KINESTETIK (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
  1. Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
  2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
  3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
  4. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
  5. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
  6. Menyukai praktek/ percobaan
  7. Menyukai permainan dan aktivitas fisik